ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
PRINSIP DETEKSI DINI TERHADAP KELAINAN, KOMPLIKASI DAN PENYULIT PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS
OLEH :
CHOIRIATU LUTFIATI
PO.6.24.2.10.083
REGULAR XII.A KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI
PALANGKA RAYA
KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain.
Menurut SDKI (2003) angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup yaitu 3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. AKI di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.
B. Rumusan masalah
1. Apa prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi, dan penyulit pada ibu hamil?
2. Apa prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi, dan penyulit pada ibu bersalin?
3. Apa prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi, dan penyulit pada ibu nifas?
C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi, dan penylit pada ibu hamil.
2. Mengetahui prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi, dan penylit pada ibu bersalin.
3. Mengetahui prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi, dan penylit pada ibu nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Deteksi Dini Terhadap Kelainan, Komplikasi Dan Penyulit Pada Ibu Hamil
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan penyambutan anggota keluarga yang baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal.
Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi kehamilan.
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Kebijakan teknis yang dilaksanakan adalah :
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
a. Pemeriksaan kehamilan dini (early anc detection)
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal.
Ketika seorang ibu mulai mendapatkan tanda presumtif hamil seperti :
· amenorhe
· mual dan muntah
· mengidam
· pingsan
· pembesaran payudara dan lain-lain.
Atau ketika dia menemukan tanda mungkin hamil seperti :
· pembesaran perut
· tes kehamilan positif,
· tanda hegar
· tanda piscazek
· tanda pembesaran uterus dan lain-lain
diharapkan ibu tersebut segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan baik itu bidan maupun dokter.
b. Kontak dini kehamilan trimester I
Kebijakan program untuk kunjungan ante natal minimal 4 kali selama kehamilan, terdiri dari :
1. 1 kali pada trimester pertama
2. 1 kali pada trimester kedua
3. 2 kali pada trimester ketiga
Pelayanan standar minimal yang diperoleh harus mencakup “ 7 T ”
1. Timbang berat badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
5. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan (fe 60 mg, asam folat 500 ug).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Dengan adanya kontak dini khususnya pada trimester I, maka akan memudahkan kita dalam mendeteksi adanya kelainan atau komplikasi yang mungkin dialami oleh ibu hamil dalam kehamilannya.
c. Pelayanan anc berdasarkan kebutuhan individu
Penilaian
Antenatal
|
Kunjungan
I
|
Kunjungan
II
|
Kunjungan
III
|
Kunjungan
IV
|
Riwayat kehamilan
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Riwayat kebidanan
|
Ö
| |||
Riwayat kesehatan
|
Ö
| |||
Riwayat sosial
|
Ö
| |||
Pemeriksaan keseluruhan (umum)
|
Ö
|
Jika ada indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Pemeriksaan kebidanan (luar)
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Pemeriksaan kebidanan (dalam)
|
Ö
|
Jika ada indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Pemeriksaan laboratorium
|
Ö
|
Jika ada indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Cek kembali Hb dan pemerik saan laborato rium lain jika ada indikasi.
|
Pemberian TT
|
TT1(0,5 cc)
|
TT2 (0,5 cc)
| ||
Pemberian tablet Fe
|
90 hari
| |||
Konseling umum
|
Ö
|
Memperkuat
|
Memperkuat
|
Memperkuat
|
Konseling khusus
|
Jika ada indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Perenc. Persalinan
|
Ö
|
Ö
| ||
Perenc. Penanganan komplikasi
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
d. Skrining untuk deteksi
1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
· Penapisan dan pengobatan anemia
· Perencanaan persalinan
· Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2. Kunjungan II (24 – 28 minggu), dilakukan untuk :
· Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
· Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
· Mengulang perencanaan persalinan
3. Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :
· Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
· Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
· Mengulang perencanaan persalinan
4. Kunjungan IV (36 minggu), dilakukan untuk :
· Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
· Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
· Memantapkan rencana persalinan
· Mengenali tanda-tanda persalinan.
Riwayat kehamilan ini
|
Riwayat obstetric lalu
|
Riwayat penyakit
|
Riwayat sosial ekonomi
|
1. Usia ibu hamil
2. HPHT, siklus haid
3. perdarahan pervaginam
4. keputihan
5. mual dan muntah
6. masalah/kelainan pada kehamilan sekarang
7. pemakaian obat-obat (termasuk jamu-jamuan)
|
1. jumlah kehamilan
2. jumlah persalinan
3. jumlah persalinan cukup bulan
4. jumlah persalinan premature
5. jumlah anak hidup
6. jumlah keguguran
7. jumlah aborsi
8. perdarahan pada kehamilan, persalin-an, nifas terdahulu
9. adanya hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu
10. berat bayi < 2,5 kg atau berat bayi > 4 kg
11. Adanya masalah-masalah selama kehamilan, persalin-an, nifas terdahulu
|
1. Jantung
2. tekanan darah tinggi
3. DM
4. TBC
5. Pernah operasi
6. Alergi obat / makanan
7. Ginjal
8. Asma
9. Epilepsi
10. Penyakit hati
11. Pernah kecelakaan
|
1. Status perkawinan
2. respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
3. jumlah keluarga di rumah yang membantu
4. Siapa pembuat keputusan dalam keluarga
5. kebiasaan makan dan minum
6. kebiasaan merokok, menggunakan obat-obat dan alkohol
7. kehidupan seksual
8. pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
9. pilihan tempat untuk melahirkan
10.pendidikan
11..penghasilan
|
Fisik umum
|
Pemeriksaan luar
|
Pemeriksaan dalam
|
Laboratorium
|
Kunjungan pertama :
o tekanan darah
o suhu badan
o nadi
o berat badan
o tinggi badan
o muka : edema, pucat
o mulut & gigi : kebersihan, karies, tonsil
o tiroid / gondok
o tulang belakang / punggung : scoliosis
o payudara ; putting susu, tumor
o abdomen : bekas operasi
o ekstremitas : edema, varises, refleks patella
o costrovertebral angle tenderness (CVAT)
o kulit : kebersihan, penyakit kulit
kunjungan berikutnya
o tekanan darah
o berat badan
o edema
o masalah dari kunjungan pertama
|
Pada setiap kunjungan :
o mengukur TFU
o palpasi untuk menentukan letak janin (atau lebih dari 28 minggu)
o Auskultsi detak jantung janin
|
Pada kunjungan per-tama :
Pemeriksaan vulva/ perineum untuk :
o Varises
o Kondiloma
o Edema
o Hemoroid
o Kelainan lain
Pemeriksaan dengan speculum untuk menilai :
o Serviks
o Tanda-tanda infeksi
o Cairan dari ostium uteri
Pemeriksaan untuk menilai :
o Serviks*
o Uterus*
o Adneksa*
o Bartolini
o Skene
o Uretra
* Bila usia kehamilan < 12 minggu
|
Kunjungan pertama
Darah :
o Hemoglobin
o Glukosa
o VDRL
Urin ;
o Warna, bau, kejernihan
o Protein
o Glukosa
|
B. Prinsip Deteksi Dini Terhadap Kelainan, Komplikasi Dan Penyulit Pada Persalinan
Pemanfaatan Partograf pada setiap persalinan kala aktif
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesia dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk menbuat keputusan klinik selama kala 1 persalinan.
Kegunaan utama daro partograf adalah :
1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.
2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama.
Bagian-bagian dari partograf :
1. Kemajuan persalinan
· Pembukaan serviks (setiap 4 jam)
· Penurunan kepala janin (setiap 4 jam)
· Kontraksi uterus (setiap 30 menit)
2. Keadaan Janin
· DJJ (setiap 30 menit)
· Warna dan jumlah air ketuban (setiap PD)
· Molase tulang kepala janin (setiap PD)
3. Keadaan ibu
· Nadi (setiap 30 menit)
· Tekanan darah, suhu (setiap 4 jam)
· Urine : volume dan protein (setiap 2-4 jam)
· Obat-obatan dan cairan IV
Penilaian pada partogaf yang menggunakan tanda/symbol khusus
Temuan
|
Penilaian
|
Tanda
|
DJJ
|
/menit
| |
Ketuban
|
selaput Utuh
selaput pecah, air ketuban Jernih
selaput pecah, air ketuban bercampur Mekoneum
selaput pecah, air ketuban bercampur Darah
selaput pecah, dan tidak ada air ketuban (Kering)
|
U
J
M
D
K
|
Molase
|
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi.
Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih bisa dipisahkan
Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
|
0
1
2
3
|
Pembukaan serviks
|
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
|
X
|
Penurunan kepala janin
|
0/5 = jika kepala janin tidak teraba dari luar atau seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.
1/5 = jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.
2/5 = jika hanya 2 dari 5 jari bagian kepala janin teraba di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat digerakkan).
3/5 = jika hanya 3 dari 5 jari bagian kepala janin teraba diatas simfisi pubis.
4/5 = jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
5/5 = jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.
|
O
|
Kontraksi uterus
(dalam 10 menit)
|
Kurang dari 20 detik
Antara 20 – 40 detik
Lebih dari 40 detik
| |
Nadi
| ||
Tekanan darah
|
mmHg
|
ô
|
a. a. Deteksi dini pada kala I
1. Insersia Uteri
Tanda dan gejala :
· His tidak adekuat
· <2 kali dalam 10 menit
· <20 detik
Manajemen :
· Nutrisi cukup
· Mbilisasi/ubah posisi
· Upayakan kandung kemih/rectum kosong
· Rangsang putting susu
2. Denyut jantung janin
Tanda dan gejala :
· <120 kali dalam 1 menit
· >160 dalam 1 menit
Manajemen :
· Beri oksigen
· Ibu berbaring miring kiri
· Pantau DJJ tip 15 menit
· Bila dalam 1 jam tidak normal, rujuk
3. Dilatasi serviks
Tanda dan gejala :
· Fase laten > 8 jam
· Dilatasi serviks dikanan garis wspada dalam partograf
Manajemen
· Rujuk
4. Cairan ketuban
Tanda dan gejala :
· Bercampur mekonium
· Air ketuban hijau kental
· Berbau
Manajemen :
· Beri oksigen
· Beri antibiotic
· Rujuk dengan ibu miring kiri
5. Tekanan darah
Tanda dan gejala :
· Bila TD naik hingga >160110 mmHg
· Pusing hebat
· Mata berkunang-kunang
· Kejang
Manajemen :
· Infus cairan RL
· Rujuk
6. Ring bandle
Tanda dan gejala :
· Nyeri yang hebat pada perut bagian bawah
· Kontraksi hipotonik
· Muncul tanda-tanda pre syok
· Fetal distress
Manajemen :
· Infus cairan RL
· Rujuk
7. Suhu
Tanda dan gejala :
· Suhu > 38oC
Manajemen :
·Istirahat baring
·Minum banyak
·Kompres untuk menurunkan suhu
·Bila dalam 4 jam suhu tidak turun, beri antibiotik dan rujuk
8. Nadi
Tanda dan gejala :
· >100 x/menit
· Urine pekat
· Suhu > 38oC
Manajemen :
· Beri minum banya/cukup
· Pantau 2 jam
· Bila tidak ada perbaikan beri antibiotic, pasang infuse RL
· Rujuk
b. Deteksi dini pada kala II
1. Tali pusat menumbung
Tanda dan gejala:
· Teraba tali pusat saat PD
Manajemen :
· Bila DJJ +, rujuk dengan posisi terlentang dan kepala janin ditahan oleh 2 jari penolong dari dalam vagina
· Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
· Bila DJJ-, beritahu ibu/keluarga tenatang kondisinya dan penatalaksannannya sesuai persalinan kala I
2. Perubahan DJJ
Tanda dan gejala :
· Takikardi (>160 dlm 10 menit)
· Bradikardi (<100 dlm 10 menit)
Manajemen:
· Pantau DJJ tiap 15 menit
· Beri O2
· Ubah posisi ibu dengan miring kiri
· Periksa adanya prolapsus tali pusat
· Pastikan lama persalinan yang diharapkan
· Bila tidak ada perbaikan, segera rujuk
3. Keleahan maternal
Tanda dan gejala :
· Ibu tampak lemah
· Apatis
· Dehidrasi
· Suhu dan nadi meningkat
Manajemen:
· Pencegahan adalah cara yang terbaik
· Koreksi ketidak seimbangan cairan lektrolit
· Rujuk bila keadaan menurun
c. Deteksi dini pada kala III
1. Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
2. Plasenta tidak lepas dalam 15 menit setelah bayi lahir dan beri oksitosin
3. Uterus tidak berkontraksi
4. Perdarahan yang abnormal
4. Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
Jadwal kunjungan di rumah
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana.
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
1. Perencanaan Kunjungan Rumah
a. Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah
b. Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
2. Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini dapat meliputi:
a. Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar lingkungan rumah klien
c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
d. Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.
Jadwal kunjungan rumah paling sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya :
1. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
k. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).
2. Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
e. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
f. Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
g. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
h. Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu.
i. Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
j. Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
k. Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
3. Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)
3. Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)
Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk lebih jelasnya tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
a. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
b. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
e. Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
f. Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB
g. Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal
h. Keterampilan membesarkan dan membina anak
i. Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
j. Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi
4.Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan)
Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b. Tali pusat harus tetap kencang
c. Perhatikan kondisi umum bayi .
d. Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas serta KB secara dini .
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu di rumah yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
a. Mendiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Menjelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti:
1). Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2). Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
Untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
a. Bagaiman metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
b. Kelebihan/ keuntungan
c. Kekurangannya
d. Efek samping
e. Bagaimana menggunakan metode ini.
f. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi.
Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi.
Referensi :
Varney, Hellen. 1997. Varney’s Midwifery Textbook. Third Edition. NewYork : Jones and Bartlett.
JNPK.2002. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Saefuddin, A.B. 2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar