Berdasarkan
penelitian yang sudah dilakukan selama 20 tahun oleh Tiffani
Field, Ph. D dari Universitas of Miami Medical School, anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi
berat selama kehamilan akan memiliki kadar hormon stres tinggi,
aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan sedikit ekspresi, dan
mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.
Depresi
pada ibu yang sedang mengandung disebabkan banyak hal. Pertama, adanya perubahan
hormon yang menpengaruhi mood ibu secara keseluruhan sehingga si ibu sering
merasa kesal, jenuh, atau sedih.
Penyebab
lainnya adalah, keadaan fisik yang berubah saat hamil. Menjelang usia kehamilan
tertentu, ibu mengalami sulit tidur. Ini tentu menyebabkan si ibu keesokan
harinya akan merasa amat letih, ada lingkaran hitan di mata, dan kulit muka
menjadi kusam.
Adanya
masalah-masalah pada kandungan seperti kandungan lemah, sering muntah
pada awal kandungan, dan masalah-masalah lain juga bisa menyebabkan depresi.
Ibu akan terus-menerus mengkhawatirkan keadaan anak dan ini akan membuat dia
merasa tertekan.
Depresi
dapat juga dialami stelah sang ibu melahirkan bayinya. Di Amerika
Serikat, sekitar 30 persen dari ibu yang baru saja melahirkan diduga mengalami
depresi pascamelahirkan.
Anak Menjadi Agresif. Mengapa amat penting
menjaga sampai si ibu yang sedang mengandung mengalami depresi? Tiffani Field,
Ph. D dari Universitas of Miami Medical School menjawab pertanyaan ini
berdasarkan penelitian yang sudah ia lakukan selama 20 tahun. Ia menemukan anak
yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi berat selama kehamilan akan
memiliki kadar hormon stres tinggi, aktivitas otak yang peka terhadap depresi,
menunjukkan sedikit ekspresi, dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit
makan dan tidur.
Yang
berbahaya bila gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak
berkembang menjadi anak yang tidak bahagia. Mereka sulit belajar berjalan,
berat badan kurang, dan tidak responsif terhadap orang lain. Bila keadaan ini
tetap tidak tertanggulangi, anak akan tumbuh menjadi balita yang depresi. Saat
mulai sekolah mereka mengalami masalah tingkah laku, seperti agresif dan mudah
stres.
Ibu
dan anak mengalami depresi harus mendapatkan pertolongan para profesional.
Berkonsultasilah dengan dokter anak dan psikolog anak. Makin cepat pertolongan
diberikan makin besar kemungkinan anak akan tumbuh
normal. Terapi lainnya, seperti pijat, juga terbukti baik untuk mengatasi
depresi, baik bagi anak maupun ibu. Tapi, ini pun harus dengan pengawasan dari
dokter.
Yang
penting, upaya penyembuhan ini harus dilakukan pada ibu dan bayi. Jangan hanya
bayi yang diterapi, sementara ibu dibiarkan makin terpuruk dalam depresi atau
sebaliknya. Ibu dan bayi harus bekerja sama untuk mengatasi depresinya. Ayah
juga harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini.
Itulah
sebabnya, saat ini, peran suami terhadap ibu yang sedang mengandung dan setelah
melahirkan amat besar. Ibu hamil harus mendapatkan dukungan yang
sebesar-besarnya dari suami. Dukungan suami ini bisa ditunjukkan dengan
berbagai cara, seperti memberi ketenangan kepada
istri, membantu sebagian pekerjaan istri atau bahkan sekadar memberi pijatan
ringan bila istri merasa pegal. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami,
istri dapat melewati masa keamilannya dengan perasaan
senang dan jauh dari depresi.
Pada
saat bayi yang ditunggu sudah lahir, peran suami yang sekarang telah menjadi
seorang ayah tentu diharapkan menjadi semakin aktif. Ayah dan ibu harus berbagi
tugas dalam mengasuh dan merawat si kecil. Jangan sampai semua perawatan bayi
diserahkan ke ibu. Ini bisa membuat ibu depresi karena fisiknya belum pulih
setelah melahirkan ditambah kelelahan baru merawat bayi.
0 komentar:
Posting Komentar